prekforalldc.org – Puing yang diduga berasal dari roket China dilaporkan jatuh di desa barat daya negara tersebut pada Sabtu (22/6), menimbulkan jejak asap kuning terang yang mengejutkan dan membuat penduduk desa berhamburan.
Laporan dari sebuah situs berita pada Rabu (26/6/2024) menyebutkan bahwa rekaman video dramatis kejadian tersebut beredar di media sosial tak lama setelah peluncuran roket Long March 2C. Roket tersebut diluncurkan dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang di Sichuan, yang bertujuan mengirim Space Variable Objects Monitor, sebuah proyek kolaborasi antara China dan Prancis untuk mempelajari ledakan bintang terjauh, atau semburan sinar gamma. Presiden China, Xi Jinping, telah menyatakan ambisi untuk menjadikan sektor antariksa negara tersebut sebagai pemimpin global, bersaing dengan kekuatan besar seperti Amerika Serikat.
Menurut China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC), kontraktor milik negara yang mengembangkan Long March 2C, peluncuran tersebut adalah sukses besar.
Namun, video yang tersebar di sebuah platform berbagi video pendek menunjukkan puing berbentuk silinder yang jatuh di desa Xianqiao, Guizhou, dengan asap kuning yang terlihat keluar dari salah satu ujungnya. Lokasi jatuhnya puing tersebut tidak jauh dari tempat peluncuran di Sichuan.
Video tambahan di media sosial menunjukkan puing tersebut dari berbagai sudut, dengan penduduk desa, termasuk anak-anak, terlihat berlari sambil melihat jejak oranye di langit. Beberapa bahkan menutup telinga mereka karena kejadian tersebut.
Menurut kesaksian di media sosial, ledakan keras terdengar ketika puing-puing menghantam tanah, dan warga bisa melihat roket jatuh secara langsung serta mencium bau menyengat. Sebuah pengumuman dari pemerintah yang dihapus dan kemudian diposting kembali menunjukkan bahwa akan dilakukan ‘misi pembersihan puing-puing roket’, meminta warga untuk meninggalkan rumah mereka satu jam sebelumnya dan menjauhi puing untuk menghindari risiko terpapar gas beracun dan potensi ledakan.
Pemerintah melarang keras penduduk setempat untuk mengambil foto puing-puing atau menyebarkan video terkait secara online. Belum ada laporan tentang adanya korban luka dari kejadian ini.
Markus Schiller, seorang ahli roket dan peneliti senior di Stockholm International Peace Research Institute, menjelaskan bahwa puing-puing tersebut tampaknya adalah bagian dari pendorong tahap pertama roket Long March 2C yang menggunakan propelan cair berbahaya, terdiri dari nitrogen tetroxide dan unsymmetrical dimethylhydrazine (UDMH), yang sangat beracun dan bersifat karsinogenik. Schiller menambahkan bahwa lokasi peluncuran roket di China seringkali berada di tempat terpencil, berbeda dengan praktik NASA dan European Space Agency yang meluncurkan dari lokasi pesisir ke arah laut.
Schiller memperkirakan bahwa insiden serupa akan terus terjadi di masa depan, mengingat praktik peluncuran China saat ini. China telah mendapat kritik dari komunitas antariksa internasional atas penanganannya terhadap puing-puing roket yang tidak terkendali saat kembali ke Bumi, termasuk kritik dari NASA pada tahun 2021 setelah puing-puing roket Long March 5B jatuh di Samudra Hindia.